News Forex, Index & Komoditi ( Jumat, 13 Juni 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Jum’at, 13 Juni 2025 )
Dipicu Ketegangan Geopolitik dan Data Ekonomi AS, Harga Emas Global Melejit
Harga emas dunia menguat ke level tertinggi dalam sepekan seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan, yang memicu kembali spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Melansir Reuters pada Jumat (13/6/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 0,9% menjadi US$3.383,22 per troy ounce, level tertinggi sejak 5 Juni. Sementara itu, harga emas berjangka AS menguat 1,8% ke level US$3.402,4 per troy ounce. “Emas menguat untuk hari kedua berturut-turut, terutama karena meningkatnya risiko geopolitik. Jika harga berhasil menembus US$3.400, maka hambatan selanjutnya berada di kisaran US$3.417 dan US$3.431. Namun dalam jangka panjang, rekor tertinggi baru tampaknya hanya soal waktu,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan analis senior logam di Zanier Metals. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyampaikan bahwa negaranya mulai menarik sebagian personel militer dari Timur Tengah karena situasi di kawasan tersebut dinilai berpotensi memburuk. Di sisi lain, Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh juga memperingatkan bahwa negaranya akan membalas dengan menyerang pangkalan AS jika mendapat serangan terlebih dahulu. Dari sisi ekonomi, data terbaru menunjukkan bahwa indeks harga produsen atau Producer Price Index (PPI) AS pada Mei naik lebih rendah dari ekspektasi. Sementara itu, jumlah klaim tunjangan pengangguran mingguan tetap tinggi, mencerminkan pasar tenaga kerja yang mulai melonggar secara perlahan. BACA JUGA Emas Diproyeksi Bidik Level US$3.500, Ini Sederet Katalisnya Harga Emas Melonjak Usai Inflasi AS Mei 2025 Melandai Kilau Harga Emas Makin Terang Meski Ada Kesepakatan Dagang AS-China Situasi ini memperkuat ekspektasi pelaku pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang sebesar 80% bahwa pemangkasan pertama akan dilakukan pada September, dengan kemungkinan pemangkasan kedua pada Oktober — lebih cepat dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni Desember. Ekspektasi tersebut muncul setelah rilis data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) pada Rabu lalu yang menunjukkan laju inflasi melambat lebih dari perkiraan. Dari sisi perdagangan internasional, Trump menyatakan bahwa dirinya bersedia memperpanjang tenggat waktu negosiasi dagang dengan sejumlah negara yang semula ditetapkan pada 8 Juli, sebelum tarif tambahan AS mulai diberlakukan. Namun, dia menilai perpanjangan tersebut mungkin tidak diperlukan. Sementara itu, harga perak turut naik tipis 0,1% menjadi US$36,25 per troy ounce, setelah pada awal pekan ini sempat menyentuh level tertinggi sejak 2012. Menurut Grant, perak berpotensi menguat lebih lanjut hingga menyentuh US$40 per troy ounce, apabila berhasil menembus level resistensi teknikal di US$38, didukung oleh defisit pasokan multi-tahun dan penguatan teknikal. Untuk logam mulia lainnya, platinum naik 2,8% menjadi US$1.291,09 per troy ounce, mendekati level tertinggi dalam lebih dari empat tahun terakhir. Namun, palladium justru terkoreksi sekitar 2% ke level US$1.058,08 per troy ounce.
Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Meningkatnya Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah
West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $72,05 selama perdagangan sesi Asia pada hari Jumat. Harga WTI naik ke level tertinggi sejak Februari setelah Israel melakukan serangan udara terhadap target-target di Iran, meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah tersebut.
Pada Kamis malam, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa telah terjadi "serangan pencegahan terhadap Iran" dan menyatakan keadaan darurat saat negara itu bersiap untuk membalas. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada Jumat pagi bahwa Israel menyerang inti program pengayaan nuklir Iran dan program pembuatan senjata nuklir. Netanyahu juga menargetkan fasilitas pengayaan utama Iran di Natanz, menambahkan bahwa operasi tersebut akan dilanjutkan selama beberapa hari sesuai kebutuhan.
Konfrontasi baru di Timur Tengah, wilayah yang menyumbang sepertiga dari produksi minyak mentah global, meningkatkan kekhawatiran akan risiko geopolitik dan mendorong harga WTI. "Kita kembali berada dalam lingkungan ketidakpastian geopolitik yang meningkat, meninggalkan pasar minyak dalam ketegangan dan perlu mulai memperhitungkan premi risiko yang lebih besar atas potensi gangguan pasokan," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING Groep NV.
Di sisi lain, ancaman tarif terbaru dari Presiden AS, Donald Trump, mungkin membebani harga WTI. Trump mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok telah 'selesai,' tetapi perincian dan konfirmasi dari Tiongkok masih kurang. Selain itu, Trump menyatakan bahwa ia berniat mengirim surat kepada puluhan mitra dagang AS dalam satu hingga dua minggu ke depan, menetapkan tarif unilateral menjelang batas waktu 9 Juli yang disertai dengan penundaan selama 90 hari.
Para pedagang minyak akan memantau dengan cermat perkembangan seputar perundingan perdagangan AS-Tiongkok. Ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh kebijakan tarif Trump dapat menyeret harga WTI lebih rendah. Kemudian pada hari Jumat, Sentimen Konsumen Michigan AS pendahuluan akan menjadi sorotan.
Wall St Kamis (12/6): S&P 500 Ditutup Naik, Oracle Pimpin Reli AI; Saham Boeing Jatuh
Indeks S&P 500 menguat pada penutupan perdagangan Kamis (12/6), didorong lonjakan saham Oracle yang memicu kembali reli saham berbasis kecerdasan buatan (AI).
Optimisme terhadap AI berhasil meredam kekhawatiran terkait ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan penurunan tajam saham Boeing.
Melanisir Reuters, Indeks S&P 500 naik 0,38% ke 6.045,26, sedangkan Nasdaq menguat 0,24% ke 19.662,49 dan Dow Jones naik 0,24% ke 42.967,62.
Aktivitas perdagangan di bursa Amerika Serikat (AS) tergolong tinggi dengan volume mencapai 23,5 miliar saham, melampaui rata-rata 20 hari terakhir sebesar 18 miliar saham.
Dari 11 sektor dalam indeks S&P 500, delapan sektor ditutup menguat. Sektor utilitas memimpin dengan kenaikan 1,26%, disusul sektor teknologi informasi yang naik 1,01%.
Saham Oracle melonjak 13,3% ke level tertinggi sepanjang masa setelah perusahaan menaikkan proyeksi pertumbuhan pendapatan tahunan, didukung permintaan kuat untuk layanan berbasis AI.
Penguatan ini turut mendorong saham raksasa teknologi lainnya. Microsoft, Nvidia, dan Broadcom masing-masing naik lebih dari 1%.
“Oracle menjadi bagian penting dalam narasi belanja modal AI dan kebutuhan komputasi yang terus meningkat seiring revolusi AI,” ujar Art Hogan, Chief Market Strategist di B. Riley Wealth.
“Ketika tren bergerak ke arah itu, pemain utama seperti Microsoft dan Nvidia akan ikut menikmati angin segar.”
Di sisi lain, saham Boeing anjlok hampir 5% setelah pesawat 787-8 Dreamliner milik Air India jatuh tak lama setelah lepas landas dari Ahmedabad, India, menewaskan lebih dari 200 orang.
Pasar juga dibayangi kekhawatiran meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menarik personel dari kawasan tersebut, menyebutnya sebagai “wilayah berbahaya”.
AS juga menegaskan tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir. Negosiasi nuklir putaran keenam antara AS dan Iran dijadwalkan digelar di Oman pada Minggu mendatang.
Saham emiten tambang emas juga naik, didorong harga emas yang menyentuh level tertinggi satu pekan. Newmont naik 4,9%, Harmony Gold 4,1%, dan AngloGold Ashanti melesat 6,4%.
Sinyal pelemahan pasar tenaga kerja AS turut menenangkan kekhawatiran inflasi, setelah data indeks harga produsen dan klaim pengangguran awal dirilis lebih lemah dari perkiraan.
Hal ini juga memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada tahun ini.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan peluang 60% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September.
Namun, mayoritas analis memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan depan.
Optimisme pasar juga ditopang harapan tercapainya kesepakatan dagang antara Trump dan sejumlah negara dalam waktu dekat.
Saat ini, indeks S&P 500 hanya sekitar 2% di bawah rekor tertingginya pada Februari.
Goldman Sachs turut memangkas proyeksi kemungkinan resesi AS dari 35% menjadi 30%, menyusul meredanya ketidakpastian terkait kebijakan tarif Trump.
AS Tarik Personel dari Timur Tengah di Tengah Meningkatnya Konflik dengan Iran
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (11 Juni 2025) mengumumkan pemindahan sebagian personel AS dari kawasan Timur Tengah, dengan alasan meningkatnya potensi ancaman keamanan.
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa Iran tidak akan diizinkan memiliki senjata nuklir, menyebut kawasan tersebut sebagai “tempat yang bisa menjadi berbahaya.”
Evakuasi Bertahap dan Imbauan Perjalanan
Reuters melaporkan bahwa pemerintah AS tengah mempersiapkan evakuasi sebagian personel dari Kedutaan Besar di Irak serta memberikan izin keberangkatan sukarela bagi keluarga militer dari berbagai pangkalan di kawasan, termasuk di Bahrain dan Kuwait.
Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan imbauan perjalanan terbaru yang menyatakan bahwa pada 11 Juni, keberangkatan personel pemerintah AS non-darurat telah diperintahkan karena meningkatnya ketegangan regional.
Kabar ini menyebabkan harga minyak global melonjak lebih dari 4%, dengan Brent crude mencapai $69,18 per barel, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap potensi konflik regional.
Ketegangan Meningkat: Iran, Israel, dan Diplomasi yang Mandek
Langkah evakuasi ini dilakukan di tengah mandeknya upaya diplomatik antara Washington dan Teheran terkait program nuklir Iran. Trump mengungkapkan pesimismenya bahwa Iran akan menghentikan proses pengayaan uranium, sebuah tuntutan utama dari AS.
"Sangat sederhana: mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir," ujar Trump kepada wartawan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, memperingatkan bahwa jika Iran diserang, pihaknya akan membalas dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS di kawasan tersebut.
Intelijen AS juga menyebut bahwa Israel tengah mempersiapkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, memperburuk ketegangan antara dua musuh bebuyutan di kawasan itu.
Posisi Militer dan Respons Regional
AS mempertahankan kehadiran militer di kawasan kaya minyak tersebut, dengan pangkalan utama di Irak, Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
Seorang pejabat AS menyatakan bahwa tidak ada perubahan dalam operasi di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, pangkalan terbesar AS di Timur Tengah. Kedutaan AS di Kuwait juga menyatakan bahwa operasinya berjalan normal.
Namun demikian, otoritas militer telah memberikan izin bagi keluarga personel militer untuk meninggalkan kawasan, khususnya dari Bahrain, tempat sebagian besar keluarga tersebut tinggal.
Situasi di Irak dan Risiko Keamanan
Meski pemerintah AS telah menginstruksikan keberangkatan personel non-darurat dari Kedutaan Besar di Baghdad, pemerintah Irak menyatakan tidak melihat indikasi ancaman keamanan signifikan yang memerlukan evakuasi.
Irak menjadi titik sensitif dalam ketegangan regional, mengingat negara ini menjadi tuan rumah bagi 2.500 tentara AS serta memiliki milisi-milisi yang berafiliasi dengan Iran yang terlibat dalam pasukan keamanan resmi.
Sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober 2023, kelompok-kelompok bersenjata pro-Iran di Irak telah beberapa kali menyerang pasukan AS, meski intensitas serangan menurun dalam setahun terakhir.
Ancaman terhadap Navigasi dan Stabilitas Regional
Inggris memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan dapat berdampak pada aktivitas maritim, khususnya di Selat Hormuz, Teluk Oman, dan Teluk Persia. Otoritas Inggris menganjurkan kapal-kapal untuk meningkatkan kewaspadaan saat melewati perairan yang berbatasan langsung dengan Iran.
Kantor Luar Negeri Inggris menyatakan akan terus memantau perkembangan dan mengevaluasi keberadaan staf diplomatik di Irak secara berkala.
Hadiri Les Miserables, Trump Disambut Sorakan dan Ejekan di Kennedy Center
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disambut dengan sorakan meriah bercampur cemoohan ketika ia menghadiri pertunjukan musikal Les Miserables di Kennedy Center, Washington, Rabu malam (11/6).
Ini merupakan kunjungan perdananya ke pusat seni pertunjukan ternama tersebut sejak melakukan perombakan besar-besaran yang disebut-sebut bernuansa konservatif.
Kehadiran Trump bersama Ibu Negara Melania sebelum pertunjukan dimulai mencerminkan ketegangan publik terhadap arah baru Kennedy Center di bawah pengaruh politik sang presiden.
Trump sebelumnya memecat ketua dan presiden lama Kennedy Center, serta berjanji merombak institusi budaya tersebut yang ia kritik terlalu berpihak pada liberalisme.
Sejak perubahan itu, penjualan tiket mengalami penurunan tajam. Meskipun acara malam itu tercatat “sold out,” banyak kursi tampak kosong di teater berkapasitas 2.300 tempat duduk menjelang pertunjukan.
Penampilan perdana Trump di panggung Kennedy Center ini ditujukan untuk menggalang dana bagi pusat seni tersebut.
Trump mengklaim berhasil mengumpulkan lebih dari US$10 juta dari para donor.
“Kita akan menjadikan tempat ini luar biasa. Dananya sudah ada. Malam ini kita kumpulkan banyak sekali. Kita akan berinvestasi besar untuk mengembalikan kejayaannya,” ujar Trump, yang mengenakan tuksedo, kepada awak media di karpet merah.
Namun, berdasarkan informasi dari seorang sumber yang mengetahui data keuangan lembaga itu, pendapatan langganan tahunan untuk musim mendatang turun 36% menjadi US$2,8 juta per awal Juni.
Langganan teater yang biasanya menjadi tulang punggung pemasukan Kennedy Center — anjlok 82%.
Menanggapi hal itu, Wakil Presiden Senior Pemasaran Kennedy Center, Kim Cooper, menyebut perbandingan tersebut tidak sepenuhnya akurat karena kampanye perpanjangan langganan tahun ini dimulai lebih lambat dibandingkan tahun lalu.
“Kampanye perpanjangan kami baru saja dimulai,” ujar Cooper dalam pernyataan resminya.
Ia juga menambahkan bahwa pusat seni itu telah meluncurkan opsi langganan baru yang memungkinkan pelanggan mencampur dan mencocokkan genre pertunjukan, serta akan mengumumkan lebih banyak jadwal pertunjukan dalam waktu dekat.
Sebagai lembaga nirlaba, Kennedy Center mengandalkan pendapatan dari tiket, langganan, dan donasi. Penjualan tiket Les Miserables sendiri disebut tetap kuat oleh pejabat Kennedy Center lainnya.
Para donor yang menyumbang antara US$100.000 hingga US$2 juta malam itu diundang menghadiri resepsi sebelum pertunjukan, berkesempatan berfoto dengan Presiden Trump, serta mendapat tempat duduk istimewa di dalam teater.
“Kami berhasil mengumpulkan lebih dari US$10 juta malam ini, itu luar biasa. Lembaga ini benar-benar membutuhkan dana sekarang,” kata Ric Grenell, sekutu dekat Trump sekaligus mantan Duta Besar AS untuk Jerman yang kini menjabat Kepala Kennedy Center.
Di bawah kepemimpinannya, Kennedy Center mulai menyuguhkan program-program dengan nuansa konservatif, termasuk sebuah pertunjukan yang disebut Grenell sebagai perayaan kelahiran Kristus.
Trump menyatakan dirinya menikmati pertunjukan Les Miserables, sebuah musikal yang mengisahkan rakyat kecil bangkit melawan tirani pemerintah. “Saya sudah menontonnya berkali-kali. Ini salah satu favorit saya,” ujarnya.
Kehadiran Trump ini hanya berselang beberapa hari setelah ia mengirim Marinir AS dan Garda Nasional untuk meredam aksi protes terhadap penggerebekan imigrasi di Los Angeles yang dilakukan pemerintahannya.
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Ibu Negara Melania Trump, Wakil Presiden JD Vance, Jaksa Agung Pam Bondi, serta Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Robert F. Kennedy Jr. Vance, yang sebelumnya juga menghadiri pertunjukan di Kennedy Center awal tahun ini, saat itu juga disambut dengan cemoohan.
Trump sendiri pernah menjadikan pertunjukan drag sebagai simbol "penyimpangan" arah Kennedy Center sebelum ia menjabat. Namun, sejumlah musikal yang akan dipentaskan tetap menampilkan karakter berbusana drag, seperti Mrs. Doubtfire dan Chicago.
Beberapa pertunjukan lainnya bahkan memilih mundur dari agenda Kennedy Center, menurut mantan pejabat lembaga tersebut.
Marinir AS akan Dikerahkan ke Jalanan Los Angeles, Diizinkan Menahan Warga Sipil
Tentara Marinir Amerika Serikat (AS) akan bergabung dengan pasukan Garda Nasional di jalanan Los Angeles dalam dua hari ke depan, menurut pernyataan para pejabat pada Rabu (11/6).
Di mana mereka diberi wewenang untuk menahan siapa pun yang menghalangi petugas imigrasi dalam operasi razia, atau demonstran yang menghadang agen federal.
Presiden AS Donald Trump memerintahkan pengerahan ini meskipun mendapat penolakan dari Gubernur California Gavin Newsom, sehingga memicu perdebatan nasional mengenai penggunaan militer di dalam negeri dan menyulut protes yang meluas dari Los Angeles ke kota-kota besar lain seperti New York, Atlanta, dan Chicago.
Los Angeles memasuki hari keenam unjuk rasa pada Rabu, yang sebagian besar berlangsung damai namun sesekali diwarnai kekerasan, terutama terbatas di beberapa blok pusat kota.
Protes bermula pada Jumat lalu sebagai respons atas serangkaian penggerebekan imigrasi. Trump kemudian memanggil Garda Nasional pada Sabtu, dan pada Senin memerintahkan pengerahan Marinir.
“Kalau saya tidak bertindak cepat, Los Angeles mungkin sudah terbakar habis saat ini,” kata Trump dalam sebuah acara di John F. Kennedy Center for the Performing Arts.
Namun, para pemimpin negara bagian dan lokal membantah klaim itu, menyebut bahwa Trump justru memperkeruh situasi dengan pengerahan militer yang tidak perlu dan ilegal.
Sementara itu, Partai Demokrat secara nasional mengecam langkah Trump sebagai tindakan otoriter.
Trump sedang melaksanakan janji kampanyenya untuk mendeportasi imigran, dengan taktik yang agresif sesuai dengan gaya politiknya yang kerap menabrak norma dan telah membuatnya terpilih dua kali.
“Presiden Trump berjanji untuk menjalankan kampanye deportasi massal terbesar dalam sejarah Amerika, dan kerusuhan dari kelompok kiri tidak akan menghentikan usahanya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.
Militer AS menyatakan bahwa satu batalion yang terdiri dari 700 Marinir telah menyelesaikan pelatihan khusus untuk misi di Los Angeles, termasuk pelatihan de-eskalasi dan pengendalian massa.
Mereka akan bergabung dengan Garda Nasional di bawah wewenang hukum federal yang dikenal sebagai Title 10 dalam waktu 48 jam.
Namun, militer menegaskan bahwa mereka tidak akan melakukan tugas kepolisian sipil, melainkan melindungi petugas dan properti federal.
“Pasukan Title 10 dapat menahan seseorang untuk sementara dalam keadaan tertentu, seperti mencegah penyerangan, mencegah bahaya bagi orang lain, atau mencegah gangguan terhadap petugas federal yang sedang bertugas,” ujar Komando Utara AS.
Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri, Tricia McLaughlin, menyatakan dalam pernyataannya: “Jika ada perusuh yang menyerang petugas ICE (Imigrasi), personel militer memiliki wewenang untuk menahan mereka sementara hingga aparat penegak hukum melakukan penangkapan.”
Mayor Jenderal Angkatan Darat AS, Scott Sherman, yang memimpin satuan tugas gabungan Marinir dan Garda Nasional mengatakan kepada wartawan bahwa Marinir tidak akan membawa peluru aktif di senapan mereka, namun mereka tetap membawa amunisi hidup.
Gubernur Newsom dan Negara Bagian California telah menggugat Trump dan Departemen Pertahanan untuk menghentikan pengerahan tersebut, dengan alasan bahwa tidak ada kondisi yang terpenuhi dalam Title 10 yang dapat membenarkan pengerahan militer, seperti adanya ancaman invasi asing atau pemberontakan.
California juga mengajukan permohonan perintah penahanan sementara agar pengerahan Garda Nasional dan Marinir dihentikan segera dari keterlibatan dalam penegakan hukum sipil.
Sidang terkait perintah penahanan itu dijadwalkan pada Kamis (12/6) di pengadilan federal San Francisco.
Pemerintahan Trump berargumen dalam dokumen pengadilan bahwa presiden memiliki kewenangan untuk menentukan apakah suatu “pemberontakan atau ancaman pemberontakan” memerlukan respons militer.
Protes meluas secara nasional
Di pusat kota Los Angeles, tak lama sebelum malam kedua pemberlakuan jam malam di area seluas 1 mil persegi (2,5 km persegi), situasi yang sempat tenang berubah.
Polisi menyatakan bahwa sekelompok demonstran melemparkan kembang api kelas komersial dan batu ke arah petugas.
Kelompok lain yang terdiri dari hampir 1.000 orang melakukan aksi damai di pusat kota ketika polisi tiba-tiba melepaskan tembakan dengan peluru tak mematikan di depan Balai Kota.
Marlene Lopez (39), warga asli Los Angeles yang ikut berdemonstrasi, menyaksikan ledakan granat kejut hanya beberapa meter dari tempatnya berdiri.
“Saya turun ke jalan karena hak asasi manusia kita dilanggar setiap hari. Jika kita menyerah, semuanya selesai. Kita harus bertahan di L.A. agar bangsa ini mengikuti kita,” ujarnya.
Protes juga terjadi di Santa Ana, kota dengan mayoritas penduduk keturunan Meksiko sekitar 50 km di selatan Los Angeles, serta kota-kota besar lainnya seperti Las Vegas, Philadelphia, Milwaukee, Seattle, Boston, Washington D.C., dan San Antonio, Texas.
Polisi New York menyatakan bahwa sejumlah orang ditahan pada Rabu. Sehari sebelumnya, polisi menangkap 86 orang, 34 di antaranya dikenai dakwaan pidana, sementara sisanya menerima surat panggilan pengadilan.
Aksi protes diperkirakan akan meluas pada Sabtu, saat lebih dari 1.800 demonstrasi anti-Trump direncanakan oleh sejumlah kelompok aktivis di seluruh negeri.
Pada hari yang sama, tank dan kendaraan lapis baja lainnya akan melintasi jalanan Washington, D.C., dalam parade militer memperingati HUT ke-250 Angkatan Darat AS, yang bertepatan dengan ulang tahun Trump ke-79.
AS Bersiap Evakuasi Sebagian Kedutaannya di Irak, Situasi Timur Tengah Memanas
Amerika Serikat (AS) bersiap untuk melakukan evakuasi sebagian personel dari kedutaannya di Irak dan mengizinkan anggota keluarga militer untuk meninggalkan beberapa lokasi di Timur Tengah, menyusul meningkatnya risiko keamanan di kawasan, menurut sumber dari AS dan Irak, Rabu (11/6).
Empat sumber dari AS dan dua dari Irak tidak merinci secara pasti ancaman keamanan apa yang mendorong keputusan tersebut.
Kabar tentang rencana evakuasi ini turut mendorong lonjakan harga minyak lebih dari 4%.
"Departemen Luar Negeri secara rutin meninjau keberadaan personel Amerika di luar negeri, dan keputusan ini diambil setelah tinjauan terbaru," ujar juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, kepada Reuters, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump mengetahui langkah tersebut.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri telah mengizinkan keberangkatan secara sukarela dari Bahrain dan Kuwait.
Namun, Kedutaan AS di Kuwait menyatakan dalam pernyataan resmi bahwa "tidak ada perubahan dalam jumlah staf dan tetap beroperasi penuh."
Langkah evakuasi ini dilakukan di tengah ketegangan tinggi di kawasan yang sudah bergolak akibat perang Gaza yang telah berlangsung 18 bulan dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas antara AS dan Israel melawan Iran serta sekutunya.
Trump berulang kali mengancam akan menyerang Iran jika negosiasi soal program nuklirnya gagal.
Dalam wawancara yang dirilis Rabu, ia menyebut semakin pesimis bahwa Teheran akan setuju menghentikan pengayaan uranium, salah satu syarat utama dari AS.
Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, juga memperingatkan pada hari yang sama bahwa jika Iran diserang, pihaknya akan membalas dengan menyerang pangkalan-pangkalan AS di kawasan.
AS memiliki kehadiran militer di berbagai negara penghasil minyak utama, termasuk Irak, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah mengizinkan anggota keluarga militer untuk secara sukarela meninggalkan lokasi di Timur Tengah, menurut seorang pejabat AS.
Sumber lain menambahkan bahwa kebijakan ini terutama berlaku bagi keluarga militer yang berada di Bahrain, tempat sebagian besar dari mereka ditempatkan.
“Departemen Luar Negeri bersiap mengeluarkan perintah evakuasi dari Kedutaan Besar AS di Baghdad. Rencananya melalui jalur komersial, namun militer AS siap siaga jika diperlukan,” ujar seorang pejabat AS lainnya.
Sementara itu, kantor berita resmi Irak mengutip sumber pemerintah yang menyatakan bahwa Baghdad belum mencatat adanya indikasi keamanan yang memerlukan evakuasi.
Seorang pejabat AS lain mengatakan tidak ada perubahan operasi di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, dan tidak ada perintah evakuasi untuk staf atau keluarga yang bekerja di Kedutaan AS di Qatar, yang disebut tetap beroperasi normal.
Ketegangan Meningkat
Harga minyak berjangka naik sekitar US$3 setelah muncul laporan evakuasi di Baghdad, dengan harga Brent menyentuh US$69,18 per barel.
Sebelumnya pada Rabu, badan maritim Inggris memperingatkan bahwa ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dapat memicu aktivitas militer yang berdampak pada pelayaran di jalur-jalur perairan strategis.
Kapal-kapal disarankan berhati-hati saat melintasi Teluk, Teluk Oman, dan Selat Hormuz, kawasan yang berbatasan langsung dengan Iran.
Irak, yang menjadi mitra langka bagi AS dan juga Iran, dua musuh bebuyutan kawasan menampung sekitar 2.500 tentara AS.
Namun, kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran juga terlibat dalam pasukan keamanan Irak.
Ketegangan di dalam Irak meningkat sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023. Kelompok-kelompok bersenjata pro-Iran di Irak berulang kali menyerang pasukan AS, meskipun frekuensi serangan menurun sejak akhir tahun lalu.
Israel dan Iran juga dua kali saling menembakkan rudal tahun lalu yang merupakan konfrontasi langsung pertama antara dua musuh utama kawasan itu dengan rudal dan drone tempur melintasi wilayah udara Irak.
Sekutu utama AS di kawasan, Israel, juga telah melancarkan serangan terhadap target-target yang terkait dengan Iran, termasuk kelompok bersenjata Irak yang beroperasi di dalam negeri maupun di Suriah.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS telah memperkuat kehadiran militernya di Timur Tengah, termasuk pengerahan pesawat pembom B-2 (yang kini sudah ditarik) dan perpanjangan masa tugas kapal induk kedua (yang kini juga telah meninggalkan kawasan).
Putaran terbaru pembicaraan nuklir antara Iran dan AS dijadwalkan berlangsung dalam beberapa hari mendatang. Iran diperkirakan akan mengajukan kontra-proposal setelah menolak tawaran dari Washington.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa ancaman militer selalu menjadi bagian dari taktik negosiasi AS terhadap Teheran.
“Setiap aksi militer terhadap Iran, baik oleh AS maupun Israel, akan memiliki konsekuensi serius,” ujarnya memperingatkan.
Misi Iran untuk PBB juga menulis di X (dulu Twitter) pada Rabu: “Ancaman dengan ‘kekuatan besar’ tidak akan mengubah fakta: Iran tidak mencari senjata nuklir dan militerisme AS hanya memicu ketidakstabilan.”
Pernyataan tersebut tampaknya merespons pernyataan Jenderal Angkatan Darat AS Michael "Erik" Kurilla, Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM), yang menyatakan bahwa ia telah memberikan Presiden AS “berbagai opsi” untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
Kurilla menunda jadwal kesaksiannya di hadapan anggota parlemen AS yang seharusnya berlangsung Kamis ini karena ketegangan regional, menurut dua pejabat AS lainnya.
Ancaman Serangan dan Mandeknya Perundingan Nuklir Picu Evakuasi Diplomatik AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa AS memindahkan sebagian personelnya dari Timur Tengah karena situasi yang “berpotensi berbahaya”.
Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran, dengan Trump menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.
Langkah ini mencakup rencana evakuasi sebagian personel Kedutaan Besar AS di Irak dan kebijakan keberangkatan sukarela bagi keluarga personel militer di Bahrain dan Kuwait, menurut sumber dari AS dan Irak.
Meski alasan rinci tidak disebutkan, keputusan ini mendorong harga minyak melonjak lebih dari 4%.
Departemen Luar Negeri AS memperbarui travel advisory global pada Rabu malam, menyatakan bahwa "pada 11 Juni, diperintahkan keberangkatan bagi personel pemerintah non-darurat karena meningkatnya ketegangan regional."
Trump menyebut relokasi ini sebagai tindakan pencegahan.
“Kami telah memberikan pemberitahuan untuk pindah karena bisa menjadi tempat yang berbahaya,” ujarnya.
Terkait upaya deeskalasi, Trump menjawab: “Sangat sederhana, mereka (Iran) tidak boleh memiliki senjata nuklir.”
Perundingan nuklir antara AS dan Iran masih menemui jalan buntu, sementara intelijen AS menyebut Israel telah mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh memperingatkan bahwa Iran akan membalas setiap serangan dengan menyerang basis-basis AS di kawasan.
Situasi di Kawasan
AS memiliki kehadiran militer signifikan di Timur Tengah, termasuk pangkalan di Irak, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan UEA.
Seorang pejabat AS mengatakan evakuasi di Baghdad diharapkan melalui jalur komersial, namun militer siap membantu jika diperlukan.
Meski begitu, Kedubes AS di Kuwait dan Qatar menyatakan tidak ada perubahan dalam operasi maupun jumlah personel mereka.
Al Udeid Air Base di Qatar, pangkalan militer terbesar AS di kawasan juga tetap beroperasi normal.
Di sisi lain, harga minyak melonjak US$3 menyusul kabar evakuasi dari Baghdad, dengan Brent crude naik ke US$69,18 per barel.
Ketegangan Kawasan dan Risiko Energi
Badan Maritim Inggris sebelumnya telah memperingatkan bahwa ketegangan di Timur Tengah dapat meningkatkan aktivitas militer yang berisiko terhadap jalur pelayaran utama seperti Teluk, Teluk Oman, dan Selat Hormuz.
Iran, melalui pernyataan di akun X misi PBB-nya, menyatakan bahwa ancaman kekuatan militer tidak akan mengubah fakta bahwa "Iran tidak mencari senjata nuklir" dan bahwa "militerisme AS hanya memperburuk ketidakstabilan".
Komandan CENTCOM AS, Jenderal Michael "Erik" Kurilla, mengaku telah memberikan berbagai opsi kepada Presiden untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Namun, Kurilla menunda kesaksian di Kongres karena eskalasi situasi regional.
Putaran berikutnya dari negosiasi nuklir antara Iran dan AS dijadwalkan dalam beberapa hari ke depan.
Iran diperkirakan akan mengajukan usulan balasan setelah menolak proposal terbaru dari Washington.
Milisi Irak Ancam Lancarkan Serangan Bom Bunuh Diri ke Pangkalan-Pangkalan AS Jika Iran Diserang
Gelombang serangan bunuh diri akan dilancarkan menargatkan titik-titik kepentingan AS di Irak jika perang akhirnya pecah di Timur Tengah. Dilaporkan Shafaq News, Kamis (12/6/2025), ancaman itu diutarakan oleh Abu Alaa al-Walai, Sekjen Kataib Sayyid al-Shuhada, sebuah kelompok paramiliter terafiliasi Iran di Irak.
Dalam pernyataan yang beredar luas di media sosial, al-Walai mendeklarasikan, “Ratusan pencari-martir akan siap. Amerika Serikat akan dipermalukan lagi, sama seperti pertama kalinya mereka di Irak dan pergi dengan memalukan."
Al-Walai menambahkan, "Kali ini, AS dan agen-agennya tidak akan punya tempat tersisa di Timur Tengah. Rezim yang pernah bergantung pada pendudukan (AS) akan jatuh, dan kemenangan akan menjadi milik Tuhan dan pelayan-pelayan berimannya."
Ancaman dari Kataib Sayyid al-Shuhada muncul di tengah meningkatkan eskalasi ketegangan kawasan usai pernyataan Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh yang menegaskan bahwa, Iran akan menargetkan pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat di Timur Tengah jika perang meletus.
"Beberapa pejabat di pihak sebelah mengancam dengan konflik jika negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Jika konflik dijatuhkan kepada kami... semua pangkalan AS dalam jangkauan kami dengan berani menargetkan mereka di negara-negara yang menjadi lokasinya," kata Nasirzadeh kepada reporter dilaporkan Reuters, Rabu (11/6/2025).
Ribuan Orang dari 80 Negara akan Berjalan Kaki Coba Tembus Gaza
Koalisi serikat pekerja, gerakan solidaritas, dan organisasi hak asasi manusia internasional dari lebih dari 80 negara mengumumkan peluncuran inisiatif “Global March to Gaza” untuk memasuki Jalur Gaza dengan berjalan kaki. Ini sebagai tanggapan terhadap bencana situasi kemanusiaan yang dihadapi penduduk di sana di bawah blokade Israel sejak Oktober 2023.
Saif Abu Kishk, ketua Koalisi Internasional Menentang Pendudukan Israel, mengatakan bahwa sekitar 4.000 orang yang bersolidaritas dengan Gaza akan berpartisipasi dalam pawai ke Gaza. Ia mencatat bahwa delegasi ini berasal dari 80 negara di seluruh dunia.
Dalam wawancara dengan Aljazirah Arab, Abu Kishk menambahkan bahwa delegasi parlemen akan berpartisipasi dalam "Global March to Gaza." Delegasi ini mencakup anggota berbagai parlemen Eropa.
Ia menambahkan, para peserta berasal dari berbagai latar belakang, termasuk dari negara-negara Barat, tidak hanya komunitas Arab dan Islam. Ia mencatat bahwa jumlah orang yang tertarik untuk berpartisipasi sejauh ini telah melebihi 10.000 orang, dan kelompok kerja telah dibagi secara geografis untuk memastikan pengaturan logistik yang efektif dan komunikasi media dalam semua bahasa. Penyelenggara pawai ini telah menetapkan beberapa tujuan, yang paling penting adalah menyelamatkan masyarakat Jalur Gaza dari kelaparan yang kini terlihat jelas dalam semua laporan dan foto yang muncul dari Jalur Gaza.
Para pengunjuk rasa mulai berdatangan di ibu kota Mesir kemarin, dan jumlah tersebut akan terpenuhi pada Kamis, sambil menunggu "Konvoi Ketabahan untuk mematahkan pengepungan di Gaza", tiba melalui darat dari Aljazair dan Tunisia, tiba di kota Arish (Sinai Utara). Setelah berkumpul, di Arish, pawai akan berangkat menuju penyeberangan Rafah di perbatasan dengan Jalur Gaza, menurut kepala koalisi internasional melawan pendudukan Israel.
Perlu dicatat bahwa "Konvoi Ketabahan" memasuki wilayah Libya hari ini di tengah perayaan rakyat. Konvoi yang terdiri dari sekitar 20 bus dan 350 kendaraan ini membawa lebih dari 1.500 aktivis solidaritas Gaza, yang sebagian besar berasal dari Tunisia dan Aljazair.
Mengenai tujuan yang direncanakan dari unjuk rasa tersebut, Abu Kishk mengatakan bahwa mereka terkait langsung dengan penghentian genosida terhadap rakyat Palestina, upaya untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan secara langsung dan segera, dan menuntut diakhirinya blokade yang diberlakukan di Gaza.
Sementara, Menteri Pertahanan Israel pada Rabu meminta Mesir untuk memblokir dua konvoi aktivis pro-Palestina yang berencana menuju ke perbatasan Rafah Mesir dengan Gaza. “Saya berharap pihak berwenang Mesir mencegah kedatangan pengunjuk rasa jihadis di perbatasan Mesir-Israel dan tidak mengizinkan mereka melakukan provokasi atau upaya memasuki Gaza,” kata Israel Katz dalam sebuah pernyataan dilansir the New Arab.
Katz menambahkan bahwa tindakan seperti itu “akan membahayakan keselamatan tentara [Israel] dan tidak akan diizinkan”. Komentarnya muncul ketika ratusan aktivis pro-Palestina dalam konvoi tujuan Gaza tiba di ibu kota Libya pada Rabu saat mereka berkendara ke arah timur dengan tujuan untuk mematahkan blokade Israel terhadap wilayah Palestina.
Konvoi Soumoud meninggalkan Tunis dengan bus dan mobil pada hari Senin, berharap untuk melewati Libya dan Mesir. Menurut penyelenggara, kedua negara belum memberikan izin perjalanan untuk mencapai Gaza.
Mesir mengatakan pada Rabu bahwa mereka mendukung upaya untuk memberikan “tekanan pada Israel” untuk mencabut blokade terhadap Gaza. Namun, menambahkan bahwa setiap delegasi asing yang ingin mengunjungi daerah perbatasan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu melalui jalur resmi.
Mesir “menegaskan pentingnya memberikan tekanan pada Israel untuk mengakhiri blokade di Jalur [Gaza],” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan bahwa Mesir “tidak akan mempertimbangkan permintaan apa pun atau menanggapi setiap undangan yang diajukan di luar kerangka yang ditentukan oleh pedoman peraturan dan mekanisme yang diikuti dalam hal ini”.
Kelompok Den Haag akan Gelar Pertemuan Darurat Bahas Pelanggaran Hukum Internasional oleh Israel
Kelompok Den Haag yang diketuai bersama oleh Kolombia dan Afrika Selatan akan menggelar pertemuan darurat tingkat menteri di ibu kota Kolombia, Bogota, pada 15–16 Juli mendatang. Pertemuan akan membahas pelanggaran hukum internasional yang dilakukan Israel di wilayah Palestina.
“Pertemuan darurat ini diselenggarakan sebagai respons atas pelanggaran hukum internasional yang terus berlangsung dan meningkat oleh Israel di wilayah pendudukan Palestina, termasuk kejahatan genosida. Fokus utama pertemuan ini adalah menyusun langkah hukum dan diplomatik secara terkoordinasi untuk menghentikannya,” ujar Kementerian Luar Negeri Kolombia dan Afrika Selatan, Selasa (10/6/2025).
Pernyataan itu menegaskan bahwa agenda utama pertemuan adalah membahas kewajiban hukum negara-negara, sebagaimana tercantum dalam opini penasihat Mahkamah Internasional (ICJ) pada Juli 2024, untuk menghentikan segala tindakan yang mempertahankan “situasi ilegal” Israel di Palestina dan mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
Negara-negara peserta dijadwalkan mengumumkan langkah konkret di Bogota untuk menegakkan hukum internasional, menghentikan genosida, serta memastikan keadilan dan akuntabilitas. Kelompok ini dibentuk di Den Haag pada 31 Januari lalu oleh Bolivia, Kolombia, Kuba, Honduras, Malaysia, Namibia, Senegal, dan Afrika Selatan, sebagai tanggapan terhadap pelanggaran berat hukum internasional di Palestina.
Sejak Oktober 2023, Israel menolak seruan internasional untuk gencatan senjata dan terus melancarkan serangan berskala genosida di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 55.000 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Lembaga kemanusiaan internasional telah memperingatkan risiko kelaparan yang mengancam lebih dari 2 juta penduduk di wilayah kantong tersebut.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas kejahatan perang terhadap warga sipil di Jalur Gaza.