News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 16 Juni 2025 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Senin,  16  Juni  2025  )

Sedikitnya 224 Warga Sipil Iran Terbunuh Serangan Israel

 

 

Kementerian Kesehatan Iran mengumumkan pada Ahad malam bahwa 224 warga sipil telah terbunuh sejak awal agresi Israel yang sedang berlangsung di Republik Islam. Mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak.

Pengumuman tersebut menyusul berlanjutnya serangan Israel di beberapa kota di Iran, yang menurut para pejabat sebagian besar menargetkan lingkungan pemukiman.

Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh media Iran, juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmail Baghaei menuduh pendudukan Israel melancarkan kampanye misinformasi yang bertujuan untuk menggambarkan serangannya tepat dan terbatas pada sasaran militer.

“Kenyataannya adalah sesuatu yang sangat berbeda,” kata Baghaei dilansir Almayadeen. Ia mengungkapkan bahwa “hanya dalam tiga serangan, lebih dari 70 perempuan dan anak-anak terbunuh.”

Dia menambahkan bahwa di lingkungan Chamran di Teheran utara, 10 anak masih terkubur di bawah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang menjadi sasaran, dari 20 anak yang dipastikan terjebak selama serangan udara. Upaya penyelamatan terus dilakukan, namun belum ada jenazah yang ditemukan di lokasi tersebut.

Baghaei menambahkan, “Penjajah benar dalam satu hal: serangannya memang tepat, namun justru ditujukan pada perempuan dan anak-anak,” dan mengecam pemboman tersebut sebagai kelanjutan dari “kebrutalan rezim yang biasa dilakukan.”

Kementerian Kesehatan Iran mengatakan pada Senin pagi bahwa sedikitnya 224 orang telah tewas. Sebanyak  90 persen diantaranya warga sipil, dan 1.481 orang terluka sejak Israel menyerang Iran.

Sejak awal konflik, setidaknya 13 orang tewas dan 380 lainnya luka-luka di Israel. Dalam salvo terbaru pada Ahad malam, sebuah rudal Iran menerangi langit di atas kota pelabuhan Haifa di Israel segera setelah angkatan bersenjata Iran menyuruh penduduk Israel untuk meninggalkan daerah tersebut demi keselamatan mereka.

Layanan Darurat Nasional Israel melaporkan sedikitnya 15 orang terluka di Haifa. Kantor berita Reuters melaporkan proyektil mendarat di Haifa, dan ledakan terdengar saat tumbukan. Dan Radio Tentara Israel juga mengatakan sebuah bangunan terkena serangan di bagian timur Tel Aviv.

Serangan Iran terjadi ketika penduduk di Teheran melaporkan pada hari Minggu sebelumnya bahwa terjadi ledakan besar di berbagai daerah di jantung kota. Laporan mengatakan rudal menghantam Niavaran dan Tajrish, di utara ibu kota, dan di sekitar alun-alun Valiasr dan Hafte Tir di pusat kota. Menurut kantor berita semi-resmi Tasnim, kepala intelijen Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mohammad Kazemi, dan wakilnya tewas dalam serangan tersebut.

Kota-kota lain yang diserang oleh Israel termasuk Shiraz dan Isfahan, tempat pangkalan militer Kementerian Pertahanan diserang. Tentara Israel mengatakan pihaknya menyerang sebuah pesawat pengisian bahan bakar udara di Bandara Mashhad di Iran timur, menggambarkannya sebagai serangan jarak jauh sejak melancarkan operasi terhadap Iran pekan lalu.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan Israel juga melancarkan “serangan yang disengaja dan kejam” terhadap salah satu gedung Kementerian Luar Negeri Iran.

Senin pagi, militer Israel mengatakan pihaknya melancarkan serangkaian serangan udara yang menargetkan tempat yang diklaimnya sebagai lokasi rudal di Iran tengah. Melaporkan dari Teheran, Tohid Asadi dari Aljazirah mengatakan, “Iran belum pernah mengalami perang sebesar ini sejak Perang Iran-Irak berakhir pada tahun 1988. Tentu saja ada serangan serupa yang dilakukan Israel tahun lalu, tetapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang terjadi sejak hari Jumat.”

"Pemerintah sebelumnya mengatakan hari ini bahwa stasiun metro, sekolah, dan masjid akan siap menampung orang. Namun sebagian dari fasilitas tersebut, termasuk masjid dan sekolah, tampaknya tidak cukup aman untuk digunakan sebagai tempat berlindung," katanya.

Pada Ahad di Israel, petugas penyelamat sedang mencari korban yang selamat di reruntuhan akibat gelombang serangan Iran malam sebelumnya. Daerah yang paling terkena dampaknya adalah kota Bat Yam, dimana lebih dari 60 bangunan rusak. “Iran akan membayar harga yang mahal atas pembunuhan warga sipil, wanita dan anak-anak,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari balkon yang menghadap ke apartemen yang hancur di Bat Yam, sebuah kota di selatan Tel Aviv.

Semalam, Iran menyerang kota pelabuhan Haifa dan kota tetangga Tamra, di mana setidaknya empat wanita tewas.

Aljazirah melaporkan kerusakan akibat serangan Iran sangat luas dan belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya Israel menghadapi negara dengan tentara yang tangguh di kawasan sejak konfrontasi dengan Mesir pada 1973.

Israel melancarkan operasinya dengan serangan mendadak pada hari Jumat yang menewaskan beberapa anggota eselon atas militer Iran, membunuh beberapa ilmuwan nuklir, dan merusak situs nuklir negara tersebut. Sejak saat itu, serangan Israel semakin meluas cakupannya, menghantam wilayah pemukiman dan sektor sipil serta energi Iran serta meningkatkan pertaruhan bagi perekonomian global dan berfungsinya negara Iran.

Pada 15 Juni, Israel meningkatkan serangannya terhadap ibu kota Iran, Teheran, dan koresponden Al Mayadeen melaporkan cederanya warga sipil menyusul serangan udara yang menargetkan Jalan Valiasr, sebuah jalan utama penting di kota tersebut.

Selain itu, koresponden Al Mayadeen melaporkan ledakan di Tabriz di Iran barat, menunjukkan serangan Israel yang terus menerus dan serentak di berbagai wilayah di negara tersebut.

Pasukan Keamanan Iran (FARAJA) melaporkan bahwa sebuah drone kecil Iran menargetkan markas besar Polisi Teheran Besar, namun serangan tersebut gagal, hanya menyebabkan kerusakan ringan dan cedera, sementara operasi polisi tetap berjalan seperti biasa.

Kantor Berita Tasnim Iran melaporkan bahwa serangan Israel menargetkan kompleks Kementerian Pertahanan Iran di timur laut Teheran. Badan tersebut merinci bahwa pasukan Israel telah menyerang fasilitas yang dioperasikan Kementerian Pertahanan di Teheran, dan meskipun serangan tersebut tidak menyebabkan kerusakan struktural yang besar, para pejabat Iran mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan tambahan, termasuk setidaknya satu gedung administrasi.

 

 

 

 

Harga Emas Global Meroket Dekati Rekor, Konflik Israel-Iran Picu Minat Aset Safe Haven

 

Harga emas melonjak mendekati rekor tertinggi pada Senin pagi (16/6/2025), menyusul eskalasi konflik militer antara Israel dan Iran yang mendorong investor memburu aset safe haven. Melansir Bloomberg, logam mulia ini naik hingga 0,6% dan diperdagangkan di kisaran US$3.450 per troy ounce, hanya terpaut US$50 dari rekor tertingginya pada April lalu. Per pukul 07.10 WIB, harga emas di pasar spot menguat 0,4% ke level US$3.446,77 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka Comex AS menguat 0,43% ke level US$2.467,6 per tory ounce. Adapun indeks Dolar Bloomberg menguat 0,1% setelah melemah 0,8% pada pekan sebelumnya. Serangan rudal dan drone yang saling dilancarkan kedua negara sepanjang akhir pekan telah memicu kekhawatiran terhadap stabilitas infrastruktur energi dan jalur distribusinya di kawasan Timur Tengah. Lonjakan risiko geopolitik ini mempercepat reli emas yang sebelumnya sudah ditopang oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat agresivitas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Minyak Lanjutkan Reli, Konflik Israel-Iran Kian Picu Kekhawatiran Pasokan Trump Buka-bukaan Kemungkinan AS Ikut Terlibat Konflik Israel-Iran Konflik Israel Memanas, Presiden Iran Bicara dengan Macron Hingga Erdogan Sepanjang 2025, harga emas telah menguat lebih dari 30%. Diversifikasi cadangan devisa bank sentral dunia menjauhi dolar AS juga menjadi faktor pendorong utama. Kenaikan signifikan 1,4% pada Jumat lalu terjadi setelah rilis data inflasi dan ketenagakerjaan AS yang melemah, yang memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Suku bunga rendah cenderung menguntungkan emas karena tidak menghasilkan bunga.
 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Makin Menguat, Konflik Israel-Iran Kian Picu Kekhawatiran Pasokan

 Harga minyak mentah kembali melonjak pada awal pekan setelah Israel dan Iran terus melancarkan serangan lintas wilayah selama akhir pekan, memicu kekhawatiran pasar akan potensi terganggunya suplai minyak dari kawasan Timur Tengah. Melansir Bloomberg, Senin (16/6/2025), harga minyak berjangka Brent untuk kontrak pengiriman pengiriman Agustus 2025 menguat 2,8% menjadi US$76,29 per barel pada pukul 05.30 WIB, setelah menguat 7% pada akhir pekan. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2025 menguat 2,7% ke US$74,95 per barel. Serangan Israel kali ini menyasar ladang gas raksasa South Pars di Iran, yang membuat salah satu platform produksi harus ditutup. Serangan ini menyusul gempuran sebelumnya ke situs nuklir dan komando militer Iran. Memuncaknya ketegangan ini mengguncang pasar keuangan global. Harga minyak sempat melesat lebih dari 13% pada Jumat, sebelum terkoreksi sebagian, sementara investor beralih ke aset lindung nilai seperti emas. Sebagai respons, Iran membatalkan pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat yang dijadwalkan berlangsung di Oman pada Minggu.

Harga Minyak Mentah Meroket 12% usai Israel Serang Iran Pasar kini mengarahkan perhatian penuh pada Selat Hormuz, jalur pengapalan strategis tempat sekitar 20% pasokan minyak dunia dikirim. Jika Iran berupaya menutup jalur sempit tersebut, lonjakan harga lebih lanjut bisa tak terhindarkan. Indikator pasar yang diawasi ketat menunjukkan meningkatnya kekhawatiran akan gangguan pasokan dalam waktu dekat dan risiko konflik jangka panjang. Selisih harga antara dua kontrak Brent terdekat untuk Desember—indikator penting neraca jangka panjang—melebar hingga US$1,29 menjadi US$3,48 per barel. Pasar opsi turut menunjukkan sinyal kewaspadaan, dengan kecenderungan pada opsi beli (bullish call) yang dominan di sesi Asia, seiring tingginya volatilitas dan volume transaksi yang melampaui rata-rata.

 

 

 

Wall Street Ditutup Melemah (12/6) di Tengah Data Ekonomi AS yang Positif

 

Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada Rabu (11/6/2025) meski data inflasi dan defisit ekonomi makin terkendali. Harga saham di Wallstreet ditenggarai karena investor khawatir dengan eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Melansir Reuters pada Kamis (12/6/2025), indeks S&P 500 turun 15,09 poin atau 0,25% atau ditutup pada level 6.023,72. Nasdaq Composite melemah 93,53 poin atau 0,47% ke posisi 19.621,46.Sementara itu, Dow Jones Industrial Average naik tipis 5,35 poin atau 0,01% dan berakhir di level 42.872,22. Wall Street menghapus kenaikan tipis setelah sumber-sumber mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan evakuasi sebagian dari kedutaan besarnya karena meningkatnya risiko keamanan di wilayah tersebut.  Seorang pejabat tinggi Iran sebelumnya mengatakan bahwa Teheran akan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS di wilayah tersebut jika negosiasi nuklir gagal dan terjadi konflik dengan Amerika Serikat. Sementara itu, data menunjukkan bahwa indeks harga konsumen atau inflasi AS hanya mengalami kenaikan tipis pada bulan Mei meski ada kebijakan tarif tinggi. Para ekonom memperkirakan inflasi baru akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang akibat tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump. Secara tahunan, inflasi utama tercatat sebesar 2,4%, lebih rendah dibandingkan perkiraan kenaikan 2,5% menurut jajak pendapat para ekonom oleh Reuters.

Jadwal Rapat FOMC The Fed pada 2025, Tentukan Suku Bunga Acuan dan Arah Dolar Keyakinan Bank Dunia atas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Makin Surut Kebijakan Tarif Trump Untungkan Amerika, Defisit Fiskal Menyusut "Masih ada kekhawatiran bahwa tarif Trump akan memicu inflasi, tetapi laporan ini lebih baik dari yang diperkirakan dan menumbuhkan harapan bahwa Federal Reserve akan dapat melakukan pemotongan suku bunga di akhir tahun ini," kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth. Para pedagang memperkirakan peluang sebesar 70% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan September, menurut alat FedWatch dari CME Group Sehari setelah para pejabat dari Washington dan Beijing sepakat pada kerangka kerja untuk mengembalikan gencatan tarif mereka ke jalur yang semestinya, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan Amerika Serikat dengan China telah tercapai, dengan Beijing akan memasok magnet dan mineral tanah jarang. John Praveen, direktur pelaksana di Paleo Leon menyebut, skenario terburuk kemungkinan sudah berlalu. Menurutnya, ada sedikit usaha menyelamatkan muka dari kedua belah pihak. “Mereka telah mencapai kesepakatan. Pertanyaannya adalah apakah itu akan benar-benar diterapkan," ujarnya. Menurut seorang pejabat Gedung Putih, kesepakatan dengan China memungkinkan Amerika Serikat mengenakan tarif sebesar 55% terhadap barang-barang impor dari China, termasuk tarif dasar resiprokal sebesar 10%, tarif 20% untuk perdagangan fentanil, dan tarif 25% yang mencerminkan tarif yang sudah ada sebelumnya. China akan mengenakan tarif sebesar 10% terhadap impor dari AS, kata pejabat tersebut. Pasar saham AS telah mengalami reli dalam beberapa minggu terakhir, pulih dari penurunan pada bulan April yang dipicu oleh tarif “Hari Pembebasan” yang diumumkan oleh Trump.

 

 

Perang Makin Memanas, Israel dan Iran Saling Serang dalam Gelombang Serangan Baru

 

Israel dan Iran saling melancarkan serangan baru pada Minggu (15/6), memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas setelah Israel memperluas kampanye kejutannya terhadap saingan utamanya dengan serangan di ladang gas terbesar di dunia.

Mengutip Reuters, Minggu (15/6), Iran membatalkan perundingan nuklir yang menurut Washington merupakan satu-satunya cara untuk menghentikan pemboman Israel.

Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan terjadi di Iran dalam beberapa hari mendatang.

Militer Israel mengatakan lebih banyak rudal diluncurkan dari Iran ke Israel semalam, dan bahwa mereka menyerang target militer di Teheran.

Minggu pagi, sirene serangan udara meraung di Yerusalem dan Tel Aviv. Beberapa rudal terlihat melesat di langit di atas Tel Aviv, sementara roket pencegat diluncurkan dari darat. Ledakan bergema di kedua kota.

Layanan ambulans Israel mengatakan tiga wanita tewas dan 10 orang lainnya terluka dalam serangan rudal sebelumnya di dekat sebuah rumah di Israel utara.

Petugas tanggap darurat dengan senter terlihat mencari puing-puing rumah yang sebagian runtuh di Tamra, kota yang sebagian besar penduduknya adalah warga Palestina. Dua orang menderita luka ringan akibat pecahan peluru di tempat lain di utara, kata layanan ambulans.

Iran mengatakan depo minyak Shahran di Teheran menjadi sasaran serangan Israel, tetapi situasi terkendali, dan kebakaran terjadi setelah serangan Israel terhadap kilang minyak di dekat ibu kota. 
Serangan Israel juga menargetkan gedung kementerian pertahanan Iran di Teheran, yang menyebabkan kerusakan kecil, kantor berita Iran Tasnim mengatakan pada hari Minggu.

Garda Revolusi Iran mengatakan rudal dan pesawat nirawak Iran menargetkan infrastruktur energi dan fasilitas Israel untuk produksi bahan bakar jet tempur. Pasukan elit itu memperingatkan serangan Teheran akan lebih berat dan lebih luas jika Israel melanjutkan permusuhannya.

Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan Iran tentang hal yang lebih buruk yang akan datang, tetapi mengatakan belum terlambat untuk menghentikan kampanye Israel jika Teheran menerima penurunan tajam program nuklirnya.

Putaran perundingan nuklir AS-Iran yang akan diadakan di Oman pada hari Minggu dibatalkan, dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan diskusi tidak dapat dilakukan sementara Iran menjadi sasaran serangan Israel.

Dalam serangan pertama yang tampaknya menghantam infrastruktur energi Iran, kantor berita semi-resmi Tasnim mengatakan Iran menghentikan sebagian produksi di ladang gas terbesar di dunia setelah serangan Israel menyebabkan kebakaran di sana pada hari Sabtu.

Ladang South Pars, lepas pantai di provinsi Bushehr selatan Iran, adalah sumber sebagian besar gas yang diproduksi di Iran.

Kekhawatiran tentang potensi gangguan pada ekspor minyak di kawasan itu telah menaikkan harga minyak hingga 9% pada hari Jumat meskipun Israel tidak mengekspor minyak dan gas Iran pada hari pertama serangannya. 
Seorang jenderal Iran, Esmail Kosari, mengatakan pada hari Sabtu bahwa Teheran sedang meninjau apakah akan menutup Selat Hormuz yang mengendalikan akses ke Teluk untuk kapal tanker.

Banyak Korban

Iran mengatakan 78 orang tewas pada hari pertama operasi Israel, dan lebih banyak lagi pada hari kedua, termasuk 60 orang ketika sebuah rudal menjatuhkan blok apartemen 14 lantai di Teheran, di mana 29 orang yang tewas adalah anak-anak.

Iran telah meluncurkan serangan rudal balasannya sendiri pada Jumat malam, menewaskan sedikitnya tiga orang di Israel.

Dengan Israel mengatakan operasinya dapat berlangsung selama berminggu-minggu, dan Netanyahu mendesak rakyat Iran untuk bangkit melawan para pemimpin ulama Islam mereka, kekhawatiran telah berkembang bahwa pertikaian regional akan menyeret kekuatan luar.

B'Tselem, sebuah organisasi hak asasi manusia terkemuka Israel, mengatakan pada hari Sabtu bahwa alih-alih menghabiskan semua kemungkinan untuk resolusi diplomatik, pemerintah Israel telah memilih untuk memulai perang yang membahayakan seluruh wilayah.

Teheran telah memperingatkan sekutu Israel bahwa pangkalan militer mereka di wilayah tersebut juga akan diserang jika mereka membantu menembak jatuh rudal Iran.

Namun, perang selama 20 bulan di Gaza dan konflik di Lebanon tahun lalu telah menghancurkan proksi regional terkuat Teheran, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, mengurangi pilihannya untuk melakukan pembalasan.

Israel menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman terhadap keberadaannya, dan mengatakan pemboman itu dirancang untuk mencegah langkah terakhir menuju produksi senjata nuklir.

Teheran menegaskan program itu sepenuhnya untuk kepentingan sipil dan tidak bermaksud membuat bom atom.

Namun pengawas nuklir PBB pekan ini melaporkannya sebagai pelanggaran kewajiban berdasarkan perjanjian nonproliferasi global.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Ngamuk ke Bos The Fed Gegara Tak Mau Turunkan Suku Bunga


 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam Ketua The Fed, Jerome Powell, dan menyebutnya sebagai seorang yang bodoh. Hal itu disampaikan Trump di tengah desakannya pada The Fed agar menurunkan tingkat suku bunga.
Trump mengklaim penurunan suku bunga 2 poin persentase akan membuat AS hemat hingga US$ 600 miliar atau Rp 9.720 triliun (kurs Rp 16.200) per tahun. Namun, kata Trump, Powell tetap tak melakukannya.
"Kita akan menghabiskan US$ 600 miliar setahun, US$ 600 miliar, hanya karena satu orang bodoh yang duduk di sini," kata Trump, dilansir dari CNBC, Jumat (13/6/2025).
Komentar pedas Trump muncul beberapa jam setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga produsen naik lebih rendah dari perkiraan ekonom pada bulan Mei. Laporan itu, bersama data ekonomi lainnya, meredakan kekhawatiran soal lonjakan inflasi akibat tarif resiprokal.
Hal itulah yang mendorong Trump dan pendukungnya semakin menekan The Fed. Serangan terbaru Trump terhadap Powell merupakan yang ketiga dalam dua hari terakhir.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick misalnya yang menyebut bahwa AS dapat menghemat banyak jika suku bunga diturunkan. Menurutnya perekonomian AS sudah siap untuk itu, mengingat angka inflasi juga sedang rendah.
"Ayolah. Dia (Powell) harus mengerjakan tugasnya segera," ujar Howard Lutnick.
Sebelumnya pada Rabu, Wakil Presiden JD Vance menulis di media sosial bahwa penolakan The Fed untuk memangkas suku bunga adalah malpraktik moneter.
Sementara itu, para pelaku pasar hampir tidak memperkirakan adanya peluang The Fed akan memangkas suku bunga dalam pertemuan pekan depan, dan hanya sedikit kemungkinan pemangkasan di bulan Juli.
Namun, peluang untuk pemangkasan pada bulan September meningkat, dengan kemungkinan mencapai sekitar 76% pada Kamis, dibandingkan 69% sehari sebelumnya.
Investor sempat dibuat cemas pada bulan April ketika Trump disebut mempertimbangkan untuk memecat Powell sebelum masa jabatannya berakhir tahun depan. Namun Trump mundur dari niat itu setelah terjadi gejolak di pasar, dan sejak itu tidak lagi mengancam akan memecat Powell.
Powell sebelumnya menyatakan undang-undang AS tidak mengizinkan presiden untuk memecatnya, dan Mahkamah Agung pada bulan Mei mengisyaratkan bahwa gubernur The Fed memiliki perlindungan yang lebih kuat terhadap pemecatan dibandingkan kepala lembaga federal lainnya.

 

 

 

 

 

 

Operasi Rising Lion: Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran, Timur Tengah Memanas

 

Israel mengonfirmasi telah melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada Jumat (13/6) dini hari dalam upaya mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

Media Iran dan saksi mata melaporkan sejumlah ledakan, termasuk di fasilitas pengayaan uranium utama di Natanz.

Israel menyebut operasi ini sebagai "Rising Lion", dengan target serangan mencakup ilmuwan nuklir Iran, program rudal balistik, serta pabrik senjata dan pangkalan militer.

Pemerintah Israel juga menetapkan status darurat nasional, mengantisipasi serangan balasan berupa rudal dan drone dari Iran.

“Kita berada di momen penentu dalam sejarah Israel,” ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan video.

Netanyahu menegaskan operasi ini akan berlangsung selama beberapa hari dan menargetkan berbagai infrastruktur utama Iran yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir.

Ledakan Terdengar di Natanz dan Teheran

Seorang saksi mata di kota Natanz mengatakan mendengar beberapa ledakan di sekitar kompleks pengayaan uranium.

Televisi pemerintah Iran melaporkan sistem pertahanan udara negara itu dalam siaga penuh, menyusul serangkaian ledakan yang juga terdengar di Teheran.

Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa kepemimpinan tertinggi negara itu tengah menggelar rapat keamanan darurat.

Sementara itu, seorang pejabat militer Israel mengklaim bahwa Iran saat ini memiliki cukup bahan fisil untuk memproduksi hingga 15 bom nuklir dalam hitungan hari.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa serangan ini bersifat pre-emptive.

“Serangan rudal dan drone dari Iran terhadap Israel dan penduduk sipil diperkirakan akan segera terjadi,” kata Katz.

AS Tak Terlibat, Siapkan Evakuasi

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa Israel bertindak secara unilateral dan bahwa Washington tidak terlibat dalam serangan tersebut.

“Prioritas kami adalah melindungi personel dan kepentingan AS di kawasan,” ujarnya, seraya memperingatkan Iran agar tidak menyerang aset AS.

CNN melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump tengah menggelar rapat kabinet darurat di Gedung Putih. Trump sebelumnya sempat mengatakan serangan Israel terhadap Iran "sangat mungkin terjadi," meski ia tetap berharap solusi damai bisa dicapai.

Seorang pejabat militer AS mengatakan kepada Reuters bahwa Pentagon sedang menyiapkan berbagai skenario kontinjensi, termasuk kemungkinan evakuasi warga sipil AS dari wilayah konflik.

Pembicaraan Nuklir Terancam Gagal

Rencananya, pejabat AS dan Iran akan menggelar putaran keenam pembicaraan di Oman pada Minggu (15/6), terkait program pengayaan uranium Iran yang kian agresif. Namun, perundingan tersebut dilaporkan mengalami kebuntuan.

Ketegangan geopolitik ini langsung berdampak pada pasar global.

Harga minyak melonjak lebih dari US$3 per barel akibat kekhawatiran terganggunya pasokan dari kawasan Timur Tengah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Israel Serang Iran, Ketegangan Nuklir Memuncak

 

Israel mengonfirmasi telah melancarkan serangan terhadap sejumlah target di Iran pada Jumat (13/6) dini hari waktu setempat.

Menandai eskalasi besar dalam ketegangan yang telah lama membayangi hubungan kedua negara, khususnya terkait ambisi nuklir Teheran.

Media pemerintah Iran melaporkan sejumlah ledakan terdengar di ibu kota Teheran, sementara sistem pertahanan udara Iran dilaporkan dalam siaga penuh.

Israel menyatakan, serangan ini merupakan tindakan "preemptive" terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman nyata dari program nuklir Iran.

Menteri Pertahanan Israel Israel Katz dalam pernyataan resmi mengatakan, “Setelah serangan preemptive yang dilakukan Negara Israel terhadap Iran, kami mengantisipasi adanya serangan balasan berupa rudal dan drone terhadap wilayah serta penduduk sipil Israel dalam waktu dekat.”

Seorang pejabat militer Israel mengatakan, serangan tersebut menyasar “puluhan” target nuklir dan militer di Iran.

Ia menambahkan, intelijen Israel menyebutkan bahwa Iran telah memiliki cukup bahan baku untuk memproduksi hingga 15 bom nuklir hanya dalam hitungan hari.

Dua pejabat AS, yang berbicara dalam kondisi anonim, membenarkan bahwa Israel telah memulai serangan ke Iran, namun menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak memberikan bantuan atau keterlibatan dalam operasi militer tersebut.

Meski begitu, CNN melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump segera menggelar rapat kabinet darurat di Gedung Putih untuk membahas situasi yang tengah berkembang.

Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan bahwa militer Amerika saat ini sedang mempersiapkan berbagai kemungkinan, termasuk potensi evakuasi warga sipil AS dari wilayah Timur Tengah.

Minyak Melonjak, Pembicaraan Nuklir Terancam Gagal

Sebagai respons terhadap kabar serangan tersebut, harga minyak mentah global langsung melonjak lebih dari US$3 per barel.

Para pelaku pasar khawatir konflik ini dapat mengganggu stabilitas kawasan dan pasokan energi dunia, mengingat Iran adalah salah satu produsen utama minyak global.

Serangan ini terjadi hanya beberapa hari sebelum dijadwalkannya pertemuan putaran keenam antara pejabat AS dan Iran di Oman, yang bertujuan meredakan eskalasi atas program pengayaan uranium Iran. Namun kini, peluang keberhasilan diplomasi tampaknya semakin tipis.

Menurut sejumlah sumber dari kedua negara dan mediator Oman, pembicaraan tersebut sudah berada di titik buntu bahkan sebelum serangan berlangsung.

Pemerintah Iran sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait klaim Israel atau nasib pembicaraan mendatang.

Presiden Trump sehari sebelumnya memang mengatakan bahwa serangan Israel terhadap Iran “sangat mungkin terjadi,” namun ia juga menyatakan harapan agar “jalan damai” masih dapat ditempuh.

Ancaman Balasan Iran dan Risiko Regional

Belum ada konfirmasi dari otoritas Iran mengenai target atau kerusakan akibat serangan Israel, namun retorika balasan dari Teheran diprediksi akan meningkat dalam waktu dekat.

Sejumlah analis khawatir bahwa Iran, melalui jaringan proksinya di wilayah seperti Lebanon, Suriah, dan Yaman, dapat melakukan serangan balasan terhadap kepentingan Israel maupun AS di Timur Tengah.

Israel, di sisi lain, telah mengaktifkan status darurat nasional dan memperkuat pertahanan rudal serta drone di seluruh wilayahnya.

Warga Israel di wilayah utara dekat perbatasan Lebanon juga dilaporkan mulai mengungsi ke tempat perlindungan.

Latar Belakang Ketegangan

Israel selama bertahun-tahun telah menentang program nuklir Iran, menuduh Teheran berupaya diam-diam membangun senjata nuklir, klaim yang selalu dibantah oleh pemerintah Iran.

Ketegangan kembali meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah laporan intelijen menunjukkan Iran mempercepat pengayaan uranium hingga level yang mendekati kebutuhan senjata.

Serangan militer ini bisa menjadi momen titik balik baru dalam konstelasi geopolitik Timur Tengah, dengan potensi dampak luas bagi stabilitas global.

 

 

 

Komandan Garda Revolusi Iran Hossein Salami Tewas dalam Serangan Israel

 

Israel melancarkan serangan terhadap Iran yang menargetkan situs nuklir dan militernya. Pemimpin Garda Revolusi Iran Hossein Salami tewas dalam serangan Israel.
"Mayor Jenderal Hossein Salami, Kepala Korps Garda Revolusi Islam tewas dalam serangan rezim Israel yang menyerang markas besar IRGC," tulis kantor berita lokal Tasnim sebagaimana dilansir AFP, Jumat (13/6/2025).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi ini menyerang "jantung program pengayaan nuklir Iran". Serangan ini menyasar fasilitas atom di Natanz dan ilmuwan nuklir.
Netanyahu memastikan operasi ini akan "berlanjut selama beberapa hari yang diperlukan. Seorang pejabat keamanan Israel mengatakan Kepala Staf Iran Mohammad Bagheri "kemungkinan besar tersingkir".
Media pemerintah Iran mengatakan bangunan tempat tinggal di Teheran juga terkena serangan, menewaskan sejumlah warga sipil termasuk wanita dan anak-anak.
Api dan asap terlihat di lokasi utama Garda Revolusi Iran, TV pemerintah melaporkan, sementara ledakan juga terdengar di kota Natanz di provinsi tengah Iran. Pemimpin Garda Hossein Salami tewas dalam serangan itu, kata media Iran.
Lalu lintas udara dihentikan di bandara internasional utama Teheran, Imam Khomeini, sementara negara tetangga Irak juga telah menutup wilayah udaranya dan menangguhkan semua penerbangan di semua bandara, demikian dilaporkan media pemerintah.
Israel mengumumkan keadaan darurat, dan juga menutup wilayah udaranya, dengan Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan tindakan balasan dari Teheran mungkin dilakukan setelah operasi tersebut.
"Setelah serangan pendahuluan Negara Israel terhadap Iran, serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Negara Israel dan penduduk sipilnya diperkirakan akan segera terjadi," kata Katz.
Seorang pejabat militer Israel menambahkan bahwa tentara Israel yakin bahwa Iran memiliki kemampuan untuk menyerang Israel "kapan saja".
Harga minyak melonjak hingga delapan persen sementara saham anjlok karena serangan Israel, yang terjadi setelah peringatan Presiden AS Donald Trump. Presiden AS juga mengatakan AS mengurangi staf di wilayah tersebut.
"Saya tidak ingin mengatakan segera, tetapi sepertinya itu adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Kamis ketika ditanya apakah serangan Israel akan terjadi.
Trump mengatakan dia yakin kesepakatan "cukup bagus" mengenai program nuklir Iran "cukup dekat", tetapi mengatakan bahwa serangan Israel terhadap musuh bebuyutannya dapat menghancurkan peluang tercapainya kesepakatan.
Pemimpin AS tersebut tidak mengungkapkan rincian percakapan dengan Netanyahu, tetapi mengatakan: "Saya tidak ingin mereka melakukannya, karena saya pikir itu akan merusaknya."
Trump segera menambahkan: "Sebenarnya mungkin akan membantu, tetapi juga dapat merusaknya."
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memperingatkan Iran agar tidak menanggapi serangan Israel dengan menyerang pangkalan AS, dengan mengatakan Washington tidak terlibat.
"Saya tegaskan: Iran tidak boleh menargetkan kepentingan atau personel AS," kata Rubio dalam sebuah pernyataan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Netanyahu Pastikan Serangan Israel ke Iran Terus Berlanjut


 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengonfirmasi penyerangan terhadap Iran, tepatnya di Ibu Kota Teheran. Netanyahu mengatakan akan ada serangan terbaru dari militernya ke Iran.
"Operasi ini akan terus berlanjut selama beberapa hari yang diperlukan untuk menghilangkan ancaman ini," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video, yang diberi nama operasi 'Rising Lion' sebagaimana dilansir AFP, Jumat (13/6/2025).
"Kami menyerang jantung program pengayaan nuklir Iran. Kami menargetkan fasilitas pengayaan utama Iran di Natanz... Kami juga menyerang jantung program rudal balistik Iran," katanya.
Dia juga mengklaim pasukannya telah menyerang ilmuwan nuklir Iran yang "bekerja pada bom Iran".
RUU Pembubaran Parlemen Ditolak, Oposisi Israel Gagal Gulingkan Netanyahu
Militer Israel juga mengumumkan telah menyelesaikan 'tahap pertama' serangan. Militer Israel mengatakan serangan itu menghantam situs militer dan nuklir Iran.

"Beberapa saat yang lalu, puluhan jet IAF (Angkatan Udara Israel) menyelesaikan tahap pertama yang mencakup serangan terhadap puluhan target militer, termasuk target nuklir di berbagai wilayah Iran," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Umumkan Kesepakatan Penting dengan China

 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu malam menyatakan kepuasannya terhadap kesepakatan dagang terbaru dengan Tiongkok, yang menurutnya berhasil memulihkan gencatan senjata rapuh dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

Kesepakatan ini tercapai setelah dua hari perundingan intensif di London yang menghasilkan kerangka kerja baru untuk mengatur tarif dan ekspor strategis.

Isi Kesepakatan: Tarif, Rare Earths, dan Akses Mahasiswa

Trump menyebut kesepakatan ini sebagai "kesepakatan besar" dan menyatakan bahwa pihak Amerika akan diuntungkan. “Kami membuat kesepakatan yang hebat dengan Tiongkok. Kami sangat senang dengannya,” ujar Trump di Washington's Kennedy Center.

Kesepakatan ini mencakup beberapa poin penting:

Tiongkok akan mencabut pembatasan ekspor atas rare earth minerals (mineral tanah jarang) dan magnet penting yang sangat dibutuhkan oleh industri teknologi tinggi Amerika.

Mahasiswa Tiongkok akan tetap diberi akses ke universitas-universitas di Amerika Serikat, sesuatu yang ditegaskan Trump “selalu menjadi hal yang baik”.

AS menetapkan tarif total sebesar 55% terhadap barang impor asal Tiongkok, yang terdiri dari:

Tarif dasar “resiprokal” 10%,

Tambahan 20% karena sanksi atas dugaan peran Tiongkok dalam aliran fentanyl ke AS,

Tarif 25% dari kebijakan dagang sebelumnya di masa jabatan pertama Trump.

Sementara itu, Tiongkok akan menerima tarif 10% terhadap barang-barang ekspor dari AS, sebagaimana disepakati dalam kerangka kerja tersebut.

Meskipun Tiongkok mencabut pembatasan rare earths, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa tidak ada kompromi dalam bentuk pelonggaran pembatasan ekspor chip AI canggih dari AS. “Tidak ada barter antara chip dan rare earths,” ujarnya dalam sidang Komite Anggaran Senat.

Latar Belakang: Jalan Panjang Menuju London

Pertemuan di London berlangsung setelah kesepakatan awal di Jenewa bulan lalu mengalami kebuntuan akibat kelanjutan pembatasan ekspor mineral strategis oleh Tiongkok. Sebagai respons, AS memperketat kontrol ekspor atas perangkat lunak desain semikonduktor dan mesin pesawat ke Tiongkok.

Dalam pertemuan London yang berlangsung hingga tengah malam waktu setempat, kedua pihak sepakat pada kerangka implementasi untuk menyelamatkan kesepakatan Jenewa. “Kami telah mencapai kerangka kerja untuk melaksanakan konsensus Jenewa dan pembicaraan antara kedua presiden,” ujar Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick.

Pasar saham AS cenderung stabil namun tetap hati-hati menyambut pengumuman ini. Oliver Pursche dari Wealthspire Advisors menyatakan bahwa pasar belum merespons secara signifikan karena “detail teknis belum dipublikasikan.”

Sementara itu, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 2,3%, mengutip ketidakpastian akibat tarif tinggi dan kebijakan perdagangan yang berubah-ubah sebagai hambatan utama.

Ke Depan: Masih Ada Tantangan

Meskipun kesepakatan London meredakan ketegangan, banyak pihak menilai bahwa perbedaan mendasar masih ada, terutama mengenai pendekatan ekonomi Tiongkok yang berbasis negara dan kebijakan tarif unilateral Trump.

“Jika Tiongkok benar-benar menjalankan komitmen yang dirumuskan di Jenewa – dan saya percaya setelah pembicaraan di London, mereka akan – maka rebalancing antara dua ekonomi terbesar dunia masih memungkinkan,” ujar Bessent di DPR AS.

Namun, para analis menilai bahwa negosiasi saat ini pada dasarnya masih berada di "titik awal" dan memerlukan tindak lanjut yang konkret sebelum tenggat 10 Agustus, batas waktu yang ditetapkan dalam kesepakatan Jenewa.

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post